Toko Sepeda Laris Manis Saat Pandemi Covid-19

Aktifitas service di bengkel sepeda milik Angga tak pernah berhenti lantaran banyaknya pelanggan yang terus berdatangan selama pandemi (foto/Metrotv) Aktifitas service di bengkel sepeda milik Angga tak pernah berhenti lantaran banyaknya pelanggan yang terus berdatangan selama pandemi (foto/Metrotv)

MAGETAN : Kondisi pandemi membawa berkah tersendiri bagi toko sepeda. Sejumlah toko sepeda di Kabupaten Magetan, Jawa Timur, laris manis saat pandemi virus covid-19. Saat ini warga lebih memilih olah raga sepeda untuk meningkatkan kesehatan dan imunitasnya. 

Seperti yang dirasakan oleh Hary. Pemilik toko sepeda di Jalan Jenderal Sudirman Kota Magetan. Sejak beberapa bulan lalu, toko sepeda dan servis sepeda miliknya selalu diserbu warga, baik yang hendak membeli maupun memperbaiki sepedanya yang rusak.

"Bahkan saking banyaknya, saya terpaksa menolak perbaikan dan mengarahkan ke toko lainnya," ungkapnya 

Dia mengatakan, untuk harga sepeda dijual antara Rp 1,5 juta hingga Rp 4 juta. Ia juga mengaku penjualan sepedanya meningkat 2 hingga 3 kali lipat dari hari biasanya.

"Memang ada peningkatan drastis sejak  beberapa minggu terakhir,"  terangnya. 

Meningkatnya pembeli atau servis sepeda lantaran banyaknya warga yang memilih berolahraga dengan sepeda.  Bersepeda di tengah merupakan trend baru selama pandemi. Mereka mencari alternatif berolahraga untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitasnya. 

Sementara itu, bengkel sepeda milik Mardyan Angga Pratama, di Desa Tanjungsari, Kecamatan Boyolangu, Tulungagung, Jawa Timur juga tak kalah ramai.  Banyaknya servisan membuat ia terpaksa teras depan rumahnya di ubah fungsinya menjadi bengkel sepeda.

Selama masa pandemi ini, profesi mekanik sepeda yang digeluti Angga selama 2 tahun terakhir bersama orang tuanya mengalami peningkatan hingga 2 kali lipat di banding sebelum masa pendemi covid-19. Menurut Angga, saat ini setiap hari mampu memperbaiki maupun merakit sepeda biasa maupun jenis premium sebanyak 4 unit dan sebelumnya hanya mengerjakan dua unit.

"Bahkan saat ini, saya dan ayah biasanya harus lembur hingga larut malam untuk memperbaiki atau merakit sepeda," ungkap Angga. 

Untuk rakit atau servis total sepeda gunung biasa, Angga mematok biaya Rp 100 ribu per unit. Sedangkan untuk  sepeda premium dengan harga puluhan juta hingga ratusan juta rupiah, biaya yang di patok lebih tinggi antara 150 ribu hingga 300 ribu rupiah per unit karena pengerjaannya harus hati-hati. 

"Kalau kelas premium gak bisa sembarangan. Sebab jika terjadi kerusakan onderdilnya juga mahal. Harus tetap hati-hati," terangnya. 

Dari jerih payah tekuni mekanik sepeda, Angga mendapartkan omzet  mencapai Rp 10 juta hingga Rp 25 juta per bulan dan hasil ini jauh lebih banyak dari sebelum masa pendemi, yakni berkisar Rp 5 juta hingga Rp 7 juta per bulan. 

Sementara itu, salah seorang biker yang menjadi pelanggan setia hampir setiap bulan. Ia mengandalkan kepiawaian angga untuk memperbaiki sepedanya dengan ongkos yang relatif terjangkau. 

"Cukup murah untuk perbaikan dan perawatan setiap bulannya," terang seorang biker Bayu Tutu Purnama.  


 


(ADI)

Berita Terkait