Rektor Unusa Dapat Bintang Jasa dari Jepang, Ini Prestasinya

Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji menyematkan penghargaan dan bintang jasa kepada Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie (Foto / Clicks.id) Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji menyematkan penghargaan dan bintang jasa kepada Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie (Foto / Clicks.id)

SURABAYA: Rektor Unusa, Prof Achmad Jazidie memperoleh penghargaan bintang jasa dari Pemerintah Jepang. Anugerah bintang jasa itu bernama The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon. Sosok Jazidie dianggap berjasa dalam memberikan kontribusi bagi peningkatan pertukaran akademi serta saling pengertian antara Jepang dan Indonesia.

Penghargaan itu diserahkan Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kanasugi Kenji di Konsulat Jenderal Jepang Surabaya, Selasa 26 Oktober 2021. Bukan tanpa alasa Jazidie memperoleh penghargaan itu. Selama ini, ia berkontribusi dalam proyek The Japan Foundation Asia Center program Nihongo Partners, yakni pengiriman native speaker sebagai asisten pengajar Bahasa Jepang untuk SMA yang dimulai pada tahun 2014 dengan membangun sistem penerimaan di Indonesia.

Mantan Direktur Jenderal Pendidikan Menengah dan Mantan Wakil Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya ini juga mendorong kementerian serta lembaga terkait, serta menandatangani MoU sebagai direktur penanggung jawab.

Sehingga Indonesia membuat pondasi dengan menjadi negara penerima Nihongo Partners terbesar. Sebelumnya dalam program Sosialisasi Lab-Based Education (LBE) Jepang melalui Project for Research and Education Development on Information and Communication Technology Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Baca Juga : Membanggakan, Dosen Unusa Achmad Syafiuddin Masuk Daftar Ilmuan Top Dunia

Sewaktu menjabat sebagai Wakil Rektor ITS, Jazidie terlibat dalam Project for Research and Education Development on Information and Communication Technology melalui Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) sebagai perwakilan Indonesia. Ia berusaha menyosialisasikan Lab-Based Education (LBE) yang merupakah ciri khas universitas sains di Jepang berdasarkan pengalaman studi di Jepang.

Pengumuman pengahargaannya telah diumumkan pada 29 April 2020, karena pandemi, penyematan dan pemberiannya diundur.

"Penghargaan yang patut disyukuri. Selama ini saya tidak pernah berpikir setelah mengerjakan sesuatu akan diberi penghargaan, apalagi berharap memperoleh, sebuah penghargaan. Tapi begitulah, kalau kita kerja dengan dedikasi dan bisa bermanfaat bagi orang banyak, nantinya orang lain yang akan menilai. Dan yang penting adalah Gusti Allah tidak pernah tidur," kata alumni dari Hirosima Univesity Jepang ini.

Kerjasama Dilanjut ke Unusa

Jepang bagi Jazidie seakan bagai kampung halaman kedua. Maklum selama enam tahun, ia tinggal di Negeri Sakura itu untuk menempuh pendidikan S2 dan S3 sejak 1989 hingga 1995. Banyak hal yang perlu dicontoh dari Jepang, kedisiplinannya, kerja cermat, teliti, perlunya persiapan yang matang dalam setiap pekerjaan, dan sebagainya.

"Negara itu luar biasa," tandasnya.

Tak mengherankan jika sekarang ketika Jazidie menjabat sebagai Rektor Unusa, kerjasama dengan Jepang terus dilakukan. Salah satunya kerjasama dengan Japan Foundation. Dikatakan Prof Jazidie, Unusa dengan BNP2TKI dan Japan Foundation membuat Inkubator Institusi. Lembaga ini untuk memberikan pelatihan bagi mahasiswa Unusa terutama yang ingin bekerja di Jepang dan juga Arab Saudi.

Khusus yang ingin bekerja di Jepang, akan diberi pelatihan bukan hanya bahasa tapi juga budaya dan tradisi masyarakatnya. "Jadi, mahasiswa yang benar-benar ingin bekerja di Jepang sudah siap. Sebab, tidak hanya keterampilan yang berkaitan dengan profesi yang digelutinya tapi mereka juga bisa berbahasa dan mengerti akan budaya masyarakatnya," pungkasnya.


(ADI)

Berita Terkait