791 Mahasiswa Unusa Terjun ke Masyarakat, Lakukan Digitalisasi Kantin Ponpes

Proses pelepasan 791 mahasiswa Unusa di sejumlah daerah di Jatim, khususnya di pondok pesantren (Foto / Hum) Proses pelepasan 791 mahasiswa Unusa di sejumlah daerah di Jatim, khususnya di pondok pesantren (Foto / Hum)

SURABAYA : Sebanyak 791 mahasiswa Unusa yang terbagi dalam 70 kelompok, dilepas secara simbolis untuk melaksanakan kegiatan Kuliah Kernya Nyata (KKN) hingga September mendatang. Ke-791 mahasiswa tersebar di beberapa pondok pesantren, kelurahan, dan Puskesmas. Pelepasan dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Dr Ir Wahid Wahyudi MT, mewakili Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansah.

Rektor Unusa Prof Achamd Jazidie berharap terjunnya para mahasiswa Unusa dalam kegiatan KKN dapat memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Khususnya di masa pandemi seperti saat ini. Salah satunya, bagaimana menyiapkan pembelajaran online dan menyiapkan pembelajaran tatap muka adalah salah satu hal yang diharapkan.

“Kami berharap kehadiran mahasiswa tidak semata akan memberikan pencerahan kepada masyarakatnya tapi juga bisa mengambil pelajaran tentang dinamika yang terjadi di masyarakat di tengah pandemi covid-19,” katanya.

Jazidie mengingatkan, para mahasiswa sebaiknya jangan memperdebatkan soal pandemi covid-19, tapi diharapkan untuk lebih memberi pengertian kepada masyarakat bahwa covid-19 itu ada dan bagaimana cara menanggulanginya. Tema KKN tahun ini mengambil tema “Belajar Bersama Unusa: Pesantren Tangguh Covid-19” dengan sub tema  bidang pendidikan, ekeonomi dan manajemen, sistem informasi dan kesehatan.

BACA JUGA : Menengok Kehidupan Anak Pejuang yang tinggal di Bunker Belanda, Mereka Sering Melihat Ini

Digitalisasi Kantin Ponpes

Salah satu kegiatan yang dilakukan kelompok mahasiswa di pondok pesantren adalah melakukan digitalisasi kantin. Kegiatan ini dimaksudkan untuk berkontribusi nyata bagi perkembangan pesantren berbasis digital. Kegiatan ini satu di antaranya dilakukan di Ponpes Mansyaul Ulum, Malang.

Siti Romlah, Ketua Kelompok 61 mengatakan, dirinya dan anggot kelompoknya sudah merancang berbagai kegiatan untuk dilaksanakan di lokasi KKN, baik secara daring maupun luring. “Kami akan melakukan tiga kegiatan utama, yaitu pendampingan pengelolaan kantin pesantren berbasis digital, pelatihan tata kelola organisasi dan usaha di pesantren, serta pelatihan penyusunan laporan keuangan usaha di pesantren, katanya.

Dijelaskan Romlah, kegiatan akan dilakukan secara blended, yaitu perpaduan antara metode offline dan online. Hal ini dilakukan karena pendekatan full online dirasa cukup memberatkan bagi pesantren. “Metode yang akan kami gunakan ada dua macam, offline dan online. Saat offline anggota kelompok tetap menaga 5 M plus 1 D, yaitu memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, membatasi mobilitas, dan Do’a,” jelas Romlah yang juga mahasiswa Akuntansi Unusa semester 6.

Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) kelompok 61, Mohammad Ghofirin menjelaskan, dalam setiap kegiatan offline dirinya memang mewanti-wanti untuk menerapkan protokol kesehatan sementara pembiasaan daring bagi Ponpes harus diupayakan dalam pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan, agar Ponpes terbiasa dalam memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Lalu, pengasuh sekaligus Ketua Yayasan Pondok Pesantren Mansyaul Ulum Malang, KH. Badrud Arifin mengungkapkan rasa bahagia dan bangganya dipilihnya Ponpes Mansyaul Ulum sebagai objek mahasiswa Unusa ber-KKN.

“Rasanya seperti mimpi, pesantren kami jauh dari pusat Kota Malang, tapi Alhamdulillah, adik-adik tergerak untuk mengabdi di sini. Insyaallah kami akan selalu mendukung setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh adik-adik mahasiswa. Kami sangat berharap adik-adik bisa mewarnai dunia pesantren yang selama ini mungkin masih banyak kekurangan, terutama di pesantren Mansyaul Ulum,” katanya.


(ADI)

Berita Terkait