Unusa Ajarkan Masyarakat Kelola Air Bersih

Ketua LPPM Unusa, Achmad Syafiuddin saat memberikan penjelasan tentang pengelolaan air bersih (Foto / Hum) Ketua LPPM Unusa, Achmad Syafiuddin saat memberikan penjelasan tentang pengelolaan air bersih (Foto / Hum)

SURABAYA : Kondisi air yang keruh hingga tidak layak minum di Pondok Pesantren Addurriyah Nyantren Desa Bangkes, Kadur, Pamekasan, membuat dosen Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) terpanggil untuk melakukan penelitian. Tujuannya agar air yang ada layak konsumsi.

"Kondisi air yang ada di wilayah tersebut tidak layak, karena keruh serta ada bintik putih yang jika lama akan licin, sehingga tidak layak untuk konsumsi karena air sudah tercemar," kata Ketua LPPM Unusa, Achmad Syafiuddin

Keperihatinan itu akan ditindaklanjuti dengan mengajarkan masyarakat setempat untuk mengelolah air yang keruh menjadi air layak minum. “Hasil penelitian ini akan diberikan kepada Pemerintah Kabupaten Pamekasan sebagai tindakan lanjut. Saya berharap adanya triple helix yang tepat antara Universitas, Mitra, dan Pemerintah. Dengan begitu masalah air bersih ini akan teratasi," tandasnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Khalid bin Walid Kyai As'ad menjelaskan, kondisi air sangat keruh dan tidak layak konsumsi. Mengingat air sangat dibutuhkan bagi santri, baik untuk mandi, wudhu hingga masak, ia berterima kasih jika ada dosen yang tergerak untuk melakukan penelitian dan menjadikan air layak digunakan.

Baca Juga : UMS Kirim Bantuan Paket Belajar untuk Anak Terdampak Erupsi Semeru

"Kami kesusahan dalam memperoleh air bersih apalagi masuk musim kemarau, air sangat susah," terangnya.

As'ad menceritakan pondok pesantren sudah membuat lima titik sumur bor, namun hanya dua sumber air yang dapat digunakan. "Dari dua sumber air itu satu sumber kondisi airnya keruh serta berdebu dan mengandung kapur," terangnya.

Untuk bisa memperoleh air bersih, pondok pesantren harus mengebor wilayah tersebut hingga kedalam 100 meter baru bisa digunakan. "Itu pun hanya beberapa jam saja, setelah itu kita menunggu untuk bisa menggunakan air tanah tersebut," terang As'ad.

As'ad menceritakan jika lampu mati membuat pondok pesantren kekurangan air sehingga air untuk wudu menggunakan air bekas cuci kaki. "Kondisi ini sangat memperhatinkan. Kami berharap peneletian tersebut bisa segera membuahkan hasil dan bermanfaat untuk santri dan warga sekitar," pungkasnya.
 

 


(ADI)

Berita Terkait