"Naga Terbang" Menghiasi Langit Gresik, Tradisi Petani Setelah Panen

Layang-layang naga ini menjadi salah satu bentuk yang paling favorit  (Foto / Metro TV) Layang-layang naga ini menjadi salah satu bentuk yang paling favorit (Foto / Metro TV)

GRESIK : Festival Layang-layang yang digelar di Desa Dohoagung, Kecamatan Balongpanggang, Kabupaten Gresik. Festival tahunan yang digelar usai panen raya ini diikuti sekitar 300 peserta yang dominasi luar Gresik. Jenis layang-layang peserta festival secara bentuk dan ukurannya cukup bervariasi. Layangan bentuk naga terlihat paling dominan di ajang festival kali ini.

“Layangan bentuk naga memang banyak diminati. Mungkin karena modelnya terlihat lebih bagus dan gagah. Rata-rata layangan bentuk naga panjangnya bisa mencapai 75 meter hingga 100 meter," kata Ketua Panitia, Adieb Hazmy.

Dengan ukuran tersebut tak heran jika layangan bentuk naga membutuhkan minimal 4 orang saat menerbangkannya. Sedang untuk pembuatan layangan bentuk raksasa itu pengerjaannya membutuhkan waktu antara 3 hingga 4 bulan, bahkan bisa lebih.

Baca Juga : Tak Kalah dengan Luar Negeri, 6 Film Animasi Indonesia Ini Diakui Dunia

“Bahan layangan yang bagus berbahan kepingan fiber dengan kain parasit berkualitas. Sedang untuk biaya pembuatan layangan cukup bervariasi, ada yang menghabiskan dana Rp4 juta, namun ada juga layangan yang biaya pembuatannya mencapai puluhan juta rupiah. Memang mahal, tapi bentuknya sangat fantastis,” ujarnya.

Adieb juga menjelaskan untuk penilaian dan festival layang-layang ini mencakup desain dan keindahan bentuk layangan, kekompakan tim saat menerbangkan layangan hingga kestabilan layangan saat mengudara.

Sementera itu, Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani yang hadir di acara tersebut merasa kagum sekaligus terhibur. Ia bahkan turut menerbangkan layang-layang bentuk naga berukuran raksasa. “Festival layang-layang ini merupakan bentuk kearifan lokal yang patut dan harus dilestarikan,” terangnya.

Menurutnya, festival layang-layang ini bisa digelar lebih meriah lagi pada musim kemarau tahun depan. Dengan begitu imbas positif dari festival layang-layang ini bisa lebih mendongkrak perekonomian desa.

“Dengan adanya festival layang-layang yang lebih meriah saya berharap produk UMKM warga bisa lebih terserap, termasuk hasil panen petani lokal saat musim kemarau seperti semangka dan melon,” pungkas Gus Yani.


(ADI)

Berita Terkait