4 Mahasiswa UMM Berhasil Ciptakan Sarung Tangan Pencegah Saraf Terjepit

Empat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan alat untuk menanggulangi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau terjepitnya saraf di pergelangan tangan (Foto / Metro TV) Empat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan alat untuk menanggulangi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau terjepitnya saraf di pergelangan tangan (Foto / Metro TV)

MALANG : Empat mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menciptakan alat untuk menanggulangi Carpal Tunnel Syndrome (CTS) atau terjepitnya saraf di pergelangan tangan. Penyakit ini kerap muncul pada orang-orang yang sering menggunakan tangan secara berulang dalam bekerja. Keempat mahasiswa tersebut yakni Arif Kusuma, Aurizan Adli, Agam Siswanto Hardoyo, dan Waldiyansyah Rizkyfi Makky. Mereka bekerja sama menciptakan alat bernama Medical Wristband untuk menanggulanginya.

Salah satu anggota tim, Arif Kusuma Firdaus, mengatakan penyakit ini umumnya menyerang pegawai kantoran, pemetik daun teh, pelinting rokok, dan juga gamer professional. Hal ini disebabkan penggunaan tangan yang berulang dan dalam jangka waktu yang lama, utamanya saat bekerja dalam waktu panjang.

"Bagi para pekerja, penyakit ini cukup mengganggu produktivitas. Jika telah terkena sindrom ini, pergelangan tangan akan terasa sakit jika dipakai bergerak agak berat atau secara terus menerus. Hal ini akan berpengaruh pada kehidupan sehari-hari serta aktivitas di tempat kerja," katanya, Senin 6 September 2021.

Arif menjelaskan, Medical Wristband yang dirancang timnya ini berbentuk sarung tangan. Pada bagian tengah alat ditanamkan sensor untuk mendeteksi gerakan di pergelangan tangan, khususnya gerakan ke arah ibu jari (radial deviasi). Informasi yang diperoleh dari sensor akan dikirim ke microcontroller Arduino untuk diproses.

BACA JUGA : Kreatif, 4 Mahasiswa Kesehatan Unusa Cipatakan Hjiab Aromatik

"Dari situ bisa ditentukan apakah jumlah gerakan tangan yang dilakukan akan beresiko menjadi CTS atau tidak. Jika beresiko, alat ini akan bergetar sebagai peringatan kepada si pemakai," ujar mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) itu.

Perbedaan disiplin ilmu antara tim dan topik yang dibahas menjadi kendala terbesar ketika proses pembuatan alat. Arif mengatakan, seluruh kelompoknya berasal dari bidang kedokteran. Sementara proses pembuatan alatnya lebih condong ke bidang elektronika. Karena itu, tim tersebut bekerja sama dengan Lembaga Semi Otonom (LSO) Robotika UMM untuk proses pembuatan alat.

"Dalam proses pembuatan alat, kami mendiskusikan semua bahan dan komponen serta perancangan dengan LSO Robotika. Untuk bahan dalam pembuatan sensor, tim kami menggunakan fibroin dan laponite. Kedua bahan tersebut memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan, sehingga lebih mudah untuk di daur ulang atau diuraikan kembali," kata Arif.

Nantinya, pihaknya bakal mengembangkan temuan wristband ini dan bakal memproduksi secara massal wristband untuk memenuhi kebutuhan pasar. "Kami berencana melakukan pengembangan dan perbaikan lagi pada desain dan cara kerja alat ini. Kami berharap ke depannya alat ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan pasar, sehingga dapat disebarkan dan bermanfaat bagi orang banyak," katanya.


(ADI)

Berita Terkait