Louis Liang, Perancang Taman Bunga yang Buta Warna

Louis Liang bersama salah satu karyanya yang terpajang di Batu Love Garden. (metrotv) Louis Liang bersama salah satu karyanya yang terpajang di Batu Love Garden. (metrotv)

BATU: Keindahan Batu Love Garden (Bolaga) di Kota Batu, Jawa Timur sudah banyak diakui para pencinta bunga. Namun siapa sangka, perancang taman indah ini ternyata seorang buta warna. Namanya, Louis Liang. 

Terlahir buta warna, tidak membuat Louis Liang menyerah. Pria berusia 36 tahun justru memberikan inspirasi bagi khalayak lewat maha karya berupa ratusan taman bunga.

Sebelum bergabung dengan Baloga, sosok Louis Liang nyaris tidak dikenal di kalangan pecinta bunga. Namun sejak di launching akhir tahun lalu, banyak orang berdecak kagum dan ingin tahu siapa perancangnya.

Cerita berawal ketika Louis Liang yang berprofesi sebagai dosen sukses menyelesaikan studi magister psikologi pada 2012 lalu. Suatu ketika, Louis mencoba peruntungan menjadi seorang pilot dengan masuk sekolah penerbang.

"Cita-cita masa kecil ingin jadi pilot tidak kesampian karena saya ternyata mengidap buta warna, " kenangnya Louis.  

Tak ingin larut dalam kecewa berlebihan, Louis mencoba alih profesi. Darah seninya mulai terlihat saat mengikuti ajang pencarian bakat dan memenangi sejumlah kompetisi. Mulai menyanyi, dunia pembawa acara dan wedding organizer turut mengisi deretan kariernya.

Awal Oktober 2020, Louis mendapatkan tantangan dari manajemen Baloga sebagai salah satu kreator taman dan beragam sudut ruangan bertema bunga. Sadar terlahir dengan kekurangan, Louis justru terpacu dan menerima tantangan tersebut.

Bagi sebagian besar orang, menjadi seorang perangkai bunga serta taman wisata bertema bunga seluas tujuh hektar tentu pekerjaan sulit. Selain membutuhkan keterampilan juga perlu waktu lama.  

Namun tantangan itu dijawabnya dengan karya. Salah satu karya Louis Liang berjudul Three Seasons diletakan di ruangan pertama setelah gerbang utama Bolaga. Bukan hanya indah, Three Seasons adalah sebuah taman gantung bunga yang dapat hidup selama beberapa bulan, meski tanpa media tanah.

"Saya mengandalkan pengalaman bekerja di even organizer dan belajar secara otodidak melalui media youtube. Padahalan dulu saya sempat sangat membenci bunga, " ucapnya.

Dari benci itu, Liang kini menjadikan bunga sebagai media pengekspresian diri. Mulai  kritik sosial,  mengutarakan ide hingga refleksi hidup diungkapkan melalui taman bunga.  

Untuk mencipta sebuah karya, Louis Liang mengaku tetap membutuhkan bantuan orang lain, terutama dalam pemilihan warna  dan padu padan mencari keserasian warna.

"Untuk tema, konsep, pemilihan jenis bunga hingga proses perangkaian saya yang menentukan sendiri, " ujarnya.

Sejak diluncurkan pertama kali ke publik akhir 2020 lalu, karya Louis Liang di Batu Love Garden sudah mencapai ratusan. Tak hanya berkarakter kuat, bentuk original dan memanjakan mata, rangkaian bunga dan taman bunga ini terlihat penuh warna.

Louis Liang memang tidak pernah dapat menikmati warna-warni dan keindahan taman bunga ciptaanya. Di matanya, warna yang tampak hanya hitam dan putih serta gradasi antara keduanya.  

Namun, tema dan cerita di balik setiap karyanya menjadi kekuatan tersendiri. Liang seperti ingin menunjukkan jika keindahan sejati bukan hanya terletak pada warna semata...

 


(TOM)

Berita Terkait