Pemprov Ungkap Payudara dan Serviks Dominasi Kasus Kanker di Jatim

Ilustrasi / Medcom.id Ilustrasi / Medcom.id

SURABAYA : Kanker payudara dan serviks atau leher rahim mendominasi kasus kanker di Jawa Timur (Jatim). Berdasarkan riset kesehatan dasar 2018, prevalensi kanker di Jatim mencapai 2,2 per 1.000 penduduk. Jika dikonversikan dengan jumlah penduduk Jatim, maka pasien kanker yang tersebar di ujung timur Pulau Jawa mencapai 86.000 orang.

Dari data tersebut, secara pembagian, jumlah penderita perempuan sebanyak 3,5 per 1.000 penduduk, lebih banyak daripada laki-laki yang hanya 0,8 per 1.000 penduduk. Dari jumlah penderita kanker leher rahim, perempuan usia 30-50 tahun yang melakukan pemeriksaan sebanyak 361.956 orang atau hanya 8,5 persen dari total sasaran.

"Hal ini menjadi tantangan mengingat deteksi dini menjadi upaya kunci dalam pencegahan penyakit kanker," kata Ketua TP PKK Provinsi Jatim Arumi Bachsin, Minggu 18 September 2022.

Untuk itu, Arumi mengajak masyarakat, terutama kaum perempuan, berkomitmen dalam pencegahan dan penanggulangan kanker, terutama kanker payudara. Caranya melalui peningkatan edukasi, deteksi dini, penatalaksanaan kasus yang tepat, disertai dengan pola hidup sehat.

“Berbicara soal kanker, semua jenis kanker pasti menakutkan. Dan bagi kami kaum perempuan yang menjadi momok ada dua yakni kanker leher rahim dan kanker payudara," imbuh Arumi.

Baca juga : Hendak Isi BBM, Ayah dan Anak di Lumajang Tewas Dihantam Truk

Arumi mengatakan, pencegahan dan penanggulangan kanker payudara dimulai dari penyampaian informasi tentang risiko dan cara menghindarinya. Yakni dengan memberikan edukasi tentang perilaku gaya hidup sehat, sampai dengan mempromosikan anti rokok atau menurunkan resiko terpaan asap rokok.

“Perilaku ini merupakan pencegahan pertama yang dapat dilakukan," terangnya.

Menurut Arumi, pencegahan kedua adalah dengan deteksi dini melalui skrining dan penapisan. Deteksi dini dapat dilaksanakan kepada masyarakat yang sehat atau yang berisiko, maupun orang yang sudah merasakan adanya gejala-gejala awal kanker.

“Kita harus meningkatkan akses masyarakat kepada program-program deteksi dini yang ada melaui edukasi dan kampanye pemeriksaan secara massal," imbuhnya.

Lebih lanjut, Arumi mengatakan tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas pengobatan harus ditujukan pada kanker dengan stadium awal dan yang lebih berpotensial untuk sembuh.

“Pengobatan ini harus dilakukan secara terpadu. Termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker," pungkasnya.


(ADI)

Berita Terkait