Arab Saudi dan UEA Peringatkan Cadangan Minyak Menyusut

Ilustrasi / Medcom.id Ilustrasi / Medcom.id

JAKARTA : Menteri Perminyakan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) memperingatkan kapasitas cadangan di semua sektor energi menyusut. Itu karena produk minyak mentah hingga solar dan gas alam diperdagangkan mendekati rekor tertinggi setelah invasi Rusia ke Ukraina.

"Saya sudah sangat tua, tetapi saya belum pernah melihat hal-hal ini,” kata Menteri Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman, yang telah menghadiri pertemuan OPEC sejak 1980-an, dikutip dari Bloomberg, Rabu 11 Mei 2022.

Dia mengatakan hal itu mengacu pada lonjakan harga baru-baru ini untuk produk olahan. Menurutnya, dunia perlu menyadari fakta sebenarnya, di mana pasokan energi mulai menyusut. "Dunia kehabisan kapasitas energi di semua tingkatan," ujarnya.

Komentar itu muncul di minggu yang sama ketika harga bensin eceran AS naik ke rekor. Sebelumnya, dia juga mengatakan, kurangnya investasi dalam produksi energi dan pemurnian menyebabkan harga bahan bakar menjadi lebih mahal.

Baca juga : Imbas Podcast LGBT, Menkominfo Johnny Sentil Deddy Corbuzier

Sementara Menteri UEA Suhail al Mazrouei mengatakan, tanpa lebih banyak investasi di seluruh dunia, OPEC+ tidak akan bisa menjamin pasokan minyak yang cukup ketika permintaan pulih sepenuhnya dari pandemi Covid-19.

Arab Saudi dan UEA adalah di antara sedikit produsen yang banyak berinvestasi untuk meningkatkan produksi minyak. Mereka menghabiskan miliaran dolar AS untuk meningkatkan kapasitas minyak mentah sebesar 2 juta barel per hari (bph) pada akhir dekade ini. Sementara produsen lainnya berjuang untuk mendapatkan pendanaan karena pemegang saham dan pemerintah mendorong peralihan dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.

Namun, menurut Mazrouei, untuk saat ini tidak ada kekurangan minyak, sehingga OPEC+ tidak perlu mempercepat peningkatan produksi bertahapnya. "Pasarnya seimbang," katanya.

OPEC dan mitranya, kelompok 23 negara yang dipimpin oleh Saudi dan Rusia, telah berada di bawah tekanan dari AS, Eropa, dan importir besar lainnya untuk meningkatkan pasokan minyak lebih cepat. Minyak mentah telah melonjak lebih dari 35 persen pada tahun ini menjadi sekitar 105 dolar AS per barel, sebagian besar karena perang Rusia-Ukraina. Adapun Uni Eropa mengurangi pasokan energi dan akan melarang impor energi dari Rusia karena invasi negara itu ke Ukraina.

OPEC+ mencatat kenaikan 432.000 barel per hari untuk Juni pada pertemuan 5 Mei lalu. Mereka berjuang untuk mencapai target bulanan, di mana banyak anggota memproduksi di bawah kuota. Sementara Pangeran Abdulaziz menegaskan, OPEC+ tidak akan membiarkan geopolitik mempengaruhi keputusannya. AS telah mencoba membuat Arab Saudi dan UEA menjauhkan diri dari Rusia sejak serangan ke Ukraina.

 


(ADI)

Berita Terkait