Imbas Pandemi Covid-19, Jumlah Penduduk Miskin di Jatim Meningkat

Ilustrasi kemiskinan. MI/Panca Syurkani Ilustrasi kemiskinan. MI/Panca Syurkani

Clicks: Angka kemiskinan di Jawa Timur meningkat akibat dampak pandemi covid-19. Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat jumlah penduduk miskin di Jawa Timur mencapai 4,58 juta jiwa atau setara 11,46 persen dari jumlah penduduk pada 2021. 

Angka ini naik 1,26 persen setara 166.900 jiwa dari 2019, mencapai 4,41 juta jiwa atau setara 11,09 persen dari jumlah penduduk. "Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi peningkatan jumlah penduduk miskin di Jatim. Salah satunya penurunan aktivitas ekonomi," kata Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiawan, di Surabaya, Senin, 15 Februari 2021.

Dadang mengatakan, peningkatan penduduk miskin ini merupkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim yang dilakukan dua kali setahun, setiap Maret dan September 2020. Berbeda dengan hasil Susenas BPS sejak 2011 sampai 2019, di mana kemiskinan di Jatim menurun 10,20 persen pada 2019.

Dia menguraikan, jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan bertahap sejak pandemi covid-19. Secara total sejak September 2019 hingga September 2020, tercatat sebanyak 529.970 jiwa penduduk di Jatim menjadi miskin.
 
"Berdasarkan pantauan satelit, aktivitas ekonomi di Jatim pada Maret 2020 masih lebih baik dibandingkan September 2020. Intensitas cahaya pada bulan September menurun dibandingkan Maret," ujarnya.
 
Faktor lain yang menjadi penyebab kenaikan jumlah penduduk miskin adalah penurunan mobilitas penduduk pada April 2020. Survei menunjukkan selama Maret-September 2020, masyarakat lebih banyak di rumah.

"Baik di tempat perdagangan ritel dan hiburan, tempat belanja kebutuhan sehari-hari, juga taman," katanya.
 
Sementara di tempat transit dan tempat kerja, penurunan mobilitas penduduk tertinggi terjadi pada Mei 2020. Selam dua bulan itu, Jatim menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jilid pertama.
 
"Persoalan kemiskinan bukan sekadar berapa jumlah penduduk miskin dan prosentasenya. Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan itu," kata Dadang.


(SYI)

Berita Terkait