Lebih Bahaya, Haruskah Kita Khawatir Terhadap Covid-19 Varian Delta?

Ilustrasi/Medcom.id Ilustrasi/Medcom.id

Clicks: Sebanyak 104 kasus covid-19 varian B16172 atau delta telah ditemukan di Tanah Air. Perlu diketahui, varian tersebut pertama kali muncul di India dan kini sudah tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini disampaikan oleh juru bicara covid-19 dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi pada Rabu, 16 Juni 2021.

Tak hanya Indonesia, beberapa negara juga sangat khawatir dengan varian delta yang mulai menyebar ke penjuru dunia. Apalagi beberapa negara menyebutkan varian B16172 dapat menimbulkan gelombang covid-19 lainnya. Sehingga upaya yang sudah dilakukan beberapa negara untuk melonggarkan pembatasan pandemi covid-19 ikut terpukul mundur. 

Lantas, haruskah kita khawatir terhadap mutasi covid-19 satu ini?

Terdapat beberapa hal yang perlu kalian ketahui mengenai varian delta. Jangan sampai kalian tidak tahu soal mutasi covid-19 yang kini mulai menghantui Indonesia. Adapun alasan yang mendasari beberapa negara akhirnya khawatir akan munculnya varian B16271 ini. Dilansir dari berbagai sumber, berikut hal-hal yang perlu kalian cermati terkait varian delta.

1. Menyebar dengan cepat ke seluruh dunia

Varian delta pertama kali ditemukan di India pada akhir 2020. Diduga jumlah kasus yang sangat tinggi di negara itu didominasi oleh kasus covid-19 varian B16172. Hingga pada akhirnya varian tersebut telah menyebar ke 74 negara di seluruh dunia pada 14 Juni 2021, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Bahkan, pada tanggal yang sama varian delta menyumbang 10 persen kasus di Amerika Serikat.

Baca juga: Bisa Sebabkan Cacat, Kenali Penyebab hingga Gejala Penyakit Kusta 

Direktur WHO untuk Eropa juga telah memperingatkan bahwa varian delta siap menghambat upaya negara dalam melonggarkan pembatasan pandemi covid-19. Tentu hal ini bukanlah kabar baik lantaran banyak negara bersiap untuk melonggarkan pembatasan mengizinkan lebih banyak pertemuan sosial dan melakukan perjalanan melintasi perbatasan. 

2. Disebut lebih menular ketimbang varian covid-19 lainnya

Dilansir dari laman resmi Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI), varian delta ini pertama kali terdeteksi di Inggris pada Februari 2021. Tetapi, jumlah kasus covid-19 dari varian tersebut dengan cepat melampaui varian B117 atau alpha. Bahkan, varian delta saat ini menyumbang lebih dari 91% kasus covid-19 di Inggris. Tak hanya itu, varian delta juga disebut 40% lebih menular ketimbang varian alpha. Hal ini berdasarkan perkiraan pemerintah Inggris. Sementara ilmuwan lain telah menghitung kemungkinan varian delta lebih menular sekitar 30-100% daripada varian alpha.

Tak tinggal diam, para ilmuwan saat ini sedang menyelidiki alasan peningkatan transmisibilitas dari varian delta. Beberapa peneliti menyebutkan perubahan kecil protein spike pada varian tersebut dapat meningkatkan kemampuannya untuk mengikat reseptor ACE2 yang digunakannya untuk masuk ke sel manusia.

Studi lain yang belum ditinjau oleh GAVI juga menyarankan bahwa mutasi terpisah pada varian delta bisa meningkatkan kemampuannya untuk menyatu dengan sel manusia setelah menempel. Bila virus dapat menyatu dengan lebih mudah, maka virus itu kemungkinan bisa menginfeksi lebih banyak sel manusia. Sehingga virus tersebut bisa dengan mudah membanjiri pertahanan kekebalan kita.

3. Gejala yang timbul lebih parah 

Di Cina Tenggara, varian delta juga menyebar dengan cepat. Di sana, dokter melaporkan bahwa pasien covid-19 menjadi lebih sakit dan kondisinya memburuk lebih cepat daripada pasien yang mereka rawat di awal pandemi covid-19. 

Gejala yang ditimbulkan pada dasarnya mirip dengan gejala yang ditimbulkan infeksi virus asalnya. Perbedaannya, orang yang terinfeksi varian delta akan mengalami gejala lebih parah dan dinilai lebih sulit ditangani melalui penanganan medis.

Dilansir dari NBC Miami, berikut gejala yang akan dialami orang yang terinfeksi virus korona varian delta sebagaimana disampaikan oleh profesor kedokteran darurat dan kesehatan internasional di Johns Hopkins University, Dr Bhakti Hansoti:

- Sakit perut
- Hilangnya selera makan
- Muntah
- Mual 
- Nyeri sendi
- Gangguan pendengaran.

4. Kemanjuran vaksin Pfizer dan AstraZeneca terhadap varian delta

Studi menunjukkan orang yang telah disuntik vaksin covid-19 dan terinfeksi varian delta lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit ketimbang dengan individu yang belum divaksinasi. Namun, efek perlindungan yang kuat tidak terlihat sampai setidaknya 18 hari usai penyuntikan dosis pertama vaksin.

Menurut studi, dua minggu setelah menerima dosis kedua, vaksin Pfizer-BioNTech tampaknya memberikan perlindungan 79% terhadap infeksi varian delta. Berbeda dengan varian alpha yang mana vaksin tersebut dapat memberikan perlindungan sebesar 92%.

Baca juga: Bisa Turunkan Risiko Kanker Serviks, Yuk Konsumsi 6 Makanan Ini!

Teranyar, Public Health England (PHE) menerbitkan data baru yang menunjukkan dua dosis vaksin AstraZeneca 92% efektif menekan angka rawat inap bagi pasien yang terinfeksi varian delta. Selain itu, mereka yang divaksinasi juga tidak berujung pada kematian. Data menunjukkan bahwa efektivitas vaksin terhadap penyakit simtomatik adalah 74% untuk varian alpha dan 64% terhadap varian delta. 

Data terpisah yang diterbitkan oleh PHE juga menunjukkan bahwa vaksin Pfizer 88% efektif terhadap penyakit simtomatik dari varian delta dua minggu usai disuntikkan dosis kedua. Sedangkan efektivitasnya sebesar 93% terhadap varian alpha. Kendati demikian, PHE menemukan bahwa dosis tunggal dari kedua vaksin tersebut kurang efektif terhadap varian delta ketimbang varian alpha.


(SYI)

Berita Terkait