Quality Tourism, Strategi Jitu Tingkatkan Devisa Negara

Menparekraf Wishnutama (Foto: Kemenparekraf) Menparekraf Wishnutama (Foto: Kemenparekraf)

Clicks: Sebelum covid-19 melanda, Kementerian  Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) sudah mendengungkan shifting (peralihan) dari quantity tourism ke quality tourism. Quality tourism yang baik dapat memberikan dampak ekonomi yang positif bagi Indonesia, salah satunya dapat meningkatkan devisa negara.

“Singapura itu (menghasilkan devisa sebesar)  27 miliar US Dollar dan Thailand itu devisanya 62 miliar US Dollar. Bayangkan dampak ekonomi daripada devisa itu luar biasa sekali untuk ekonomi bangsa kita, untuk menciptakan lapangan kerja,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio dalam program Newsmaker dengan tajuk “Wishnutama Jawab Soal Konsultan Asing” yang disiarkan melalui akun YouTube Medcom.id pada Kamis, 3 Desember 2020.

Pengembangan quality tourism dianggap penting karena Indonesia pada 2019 jumlah wisatawannya mencapai 16 juta orang, tetapi devisa yang dihasilkan di bawah 20 miliar US Dollar. Sedangkan Australia yang jumlah wisatawannya hanya 10 juta orang, dapat menghasilkan devisa sebesar 45 miliar US Dollar. Dari situ dapat disimpulkan bahwa wisatawan yang berkualitas memegang peranan penting terhadap devisa pariwisata suatu negara.

 “Kita perlu kembangkan kualitasnya (quality tourism) sehingga dari spending yang cuma 1.220 US Dollar per arrival atau disebut ASPA (Average Spending Per Arrival) menjadi meningkat (lebih) dari 1.220 US Dollar,” jelas Tama.

Wisatawan yang berkualitas, ucap Tama, merupakan wisatawan yang memiliki kecenderungan untuk tinggal lebih lama di suatu negara dan uang yang dihabiskannya pun juga banyak. Selain itu, ketika wisatawan tersebut sudah pulang, ia ingin  berwisata kembali ke negara tersebut.

Atas dasar tersebut, menurut Tama, Indonesia harus menawarkan keunikan dan keragaman budaya yang ada untuk menarik wisatawan ke Indonesia. Sebab, wisatawan membutuhkan pengalaman baru yang tidak bisa ia dapatkan di negara asalnya.

“Bahkan salah satu hotel terbaik di dunia itu kan yang di Bali bukan hotel pencakar langit, cuma atapnya pakai tenda, itu yang kita harapkan. Saya juga mengharapakan para pelaku pariwisata Indonesia dapat menawarkan keunikan untuk menciptakan daya tarik,” ungkapnya.


(SYI)

Berita Terkait