Seruput Kopi yang Dipetik dari Makam Kuno Belanda, Pecinta Kopi Wajib Coba

Proses pemetikan kopi tulang dari area makam kuni Belanda Jepang di Kota Malang (foto/metrotv) Proses pemetikan kopi tulang dari area makam kuni Belanda Jepang di Kota Malang (foto/metrotv)

MALANG : Nama kopi tulang mungkin sebelumnya belum begitu familiar. Namun belakangan nama kopi dari Malang ini mulai viral. Selain rasanya yang tak kalah nikmat, proses dibalik asal kopi tersebut juga anti mainstream. Sebab, kopi tulang ini dipetik dari sela-sela makam kuno Belanda dan Jepang. 

Kopi ini biasa ditemukan di kawasan pegunungan dan menggunakan sistem tumpang sari dengan pohon kayu, namun warga setempat justru membudiyakannya diantara makam kuno tersebut. Selain memberikan manfaat penghijauan dan keindahan, kopi tulang juga berperan memperbaiki ekonomi warga sekitar. 

Inisiasi penanaman pohon kopi di antara batu nisan makam kuno belanda Jepang – Sukun ini pertama kali dicetuskan Kepala UPT Pemakaman Umum Kota Malang Taqroni Akbar.  Secara bertahap, Roni dibantu sejumlah staf dan warga melakukan pembibitan dan menanam pokok pohon kopi  sejak 3 tahun silam.

"Di tahun pertama jumlah pohon kopi yang berhasil ditanam hanya di kisaran angka ratusan saja. Namun hingga saat ini sedikitnya 5 ribu pohon kopi jenis robusta sudah berhasil dibudidayakan," ungkapnya.  

Dia mengatakan pembudidayaan kopi tulang tersebut dilakukan dengan cara stek atau tempel mata tunas ke pohon induk agar segera berbuah. Menurut Roni, tahun ini merupakan panen raya perdana mereka. Hasilnya cukup memuaskan, sebanyak 1 ton biji kopi kering  berhasil mereka dapatkan. 

"Agar hasilnya berdampak langsung ke masyarakat,pengolahan kopi ini diserahkan warga sekitar dengan membentuk kelompok sadar wisata atau pokdarwis," terangnya.  
 
Roni mengaku ide awal menanam kopi  karena ingin menciptakan areal pemakaman sebagai ruang terbuka hijau. Sebab,  wilayah perkotaan seperti Kota Malang  masih minim ruang terbuka hijau. Banyak lahan yang beralih fungsi menjadi kompleks perumahan perkantoran serta pusat ekonomi modern.

"Saya juga berpikiran bagaimana penghijauan ini bisa berjalan dan tetap memberikan dampak kepada masyarakat sekitar. Sehingga saya memutuskan untuk menamam kopi," katanya. 
 
Pihak kelompok sadar wisata juga menyediakan kopi yang telah diolah dalam bentuk kemasan bagi siapa saja yang ingin menikmatinya, kopi ini  diberi label kopi cap tulang sebagai identitas pohon kopinya ditanam di areal pemakaman.

"Jika masyarakat ada menjadi penikmat kopi robusta, kopi tulang ini wajib dicoba. Rasanya unik," ujar Roni. 
 


(ADI)

Berita Terkait