Jangan Kaget Kalau Ada Wanita yang Melamar Pria di Kota ini

Ilustrasi pernikahan. Foto: Paxels. Ilustrasi pernikahan. Foto: Paxels.

Clicks: Setiap pasangan yang sedang dimabuk asmara pada akhirnya tentu ingin melangkah ke jenjang pernikahan. Lazimnya, sebelum proses pernikahan, pria akan melamar wanita terkasihnya dengan cara yang berbeda-beda.

Kenapa pria yang biasanya memulai? Karena pria diproyeksikan akan menjadi nakhoda sekaligus penyedia kebutuhan dalam rumah tangga. Kondisi finansial pun mau tidak mau menjadi faktor pertimbangan. Dengan begitu, pria tentunya dapat menentukan kapan waktu yang tepat untuk memberanikan dirinya mengikat komitmen dengan wanita idamannya.

Di Lamongan, Jawa Timur, situasinya terbalik. Daerah yang terkenal dengan pecel lele ini memiliki tradisi wanita yang melamar pria. Bukan tradisi namanya kalau tidak diukir oleh jejak leluhur sebelumnya. Sebab, tradisi ini sesuai dengan adat kebiasaan bangsawan di masa lalu.

Dilansir dari situs news.unair.ac.id, tradisi lamaran ini dilatarbelakangi dari kisah yang terjadi di zaman kerajaan dahulu. Dimulai dari sebuah kisah tentang Tumenggung Lamongan. Ia memiliki dua anak laki-laki yang rupawan, namanya Panji Laras dan Panji Liris. Ketampanan pemuda ini sangat terkenal, hingga membuat dua puteri dari Kerajaan Kediri jatuh cinta kepada Panji Laras dan Panji Liris.

Singkat cerita, kedua puteri dari Kerajaan Kediri pergi ke Lamongan untuk melamar Panji Laras dan Panji Liris. Di tengah perjalanan, sang puteri sudah ditolak oleh kedua pemuda tersebut, karena mereka merasa jijik ketika melihat kaki sang putri yang memiliki bulu lebat.

Semenjak itu, masyarakat Lamongan mempercayai bila pria Lamongan menikah dengan wanita Kediri, hubungan rumah tangganya akan mengalami kesialan. Kisah inilah yang menjadi asal mula tradisi pihak wanita yang melamar pria di Lamongan.

Terdapat beberapa prosesi yang perlu dijalankan dalam lamaran tersebut. Pertama adalah Njaluk (meminta), mendatangi keluarga yang dijadikan menantu untuk dimintai persetujuan.

Lalu, dilanjutkan dengan Ganjuran (lamaran), pihak perempuan akan melamar pria terkasihnya yang nantinya selang beberapa hari ganjuran tersebut akan dibalas oleh pihak pria ke perempuan. Gawan (bawaan) yang wajib dibawa pada prosesi ini adalah lemet. Lemet merupakan makanan yang berbahan dasar beras ketan yang berisi campuran kelapa dan gula. Diharapkan pernikahannya akan diwarnai dengan kekompakan, kebahagiaan serta keharmonisan seperti lemet yang lengket, gurih, dan manis.

Ketiga adalah memilih Dino, yaitu menentukan tanggal untuk pelaksanaan pernikahan. Tahap terakhir adalah prosesi pernikahan, upacara pengikatan janji nikah untuk meresmikan ikatan perkawinan secara norma agama, hukum, dan sosial.

Terdapat nilai sosial yang dapat dipetik dalam tradisi ini, yakni ketika pihak wanita mendatangi pihak pria, di sana terdapat penghargaan. Pihak pria juga diharapkan memiliki rasa untuk menjaga pihak wanita karena telah memberikan sesuatu kepadanya atas dasar ia telah mempercayai pihak pria. Apabila nantinya pihak pria menggantungkan hidupnya kepada pihak perempuan dan mengakibatkan retaknya rumah tangga, maka dipastikan harga diri dari pihak pria akan jatuh di masyarakat umum.

 


(SYI)

Berita Terkait