Innalillahi, Pasutri Aktivis Kemanusian Lamongan Meninggal Bersamaan

Pasangan suami istri Amirul Mu'minin-Indah Soraya (Foto / Istimewa) Pasangan suami istri Amirul Mu'minin-Indah Soraya (Foto / Istimewa)

LAMONGAN : Pasangan suami istri Amirul Mu'minin-Indah Soraya, warga Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, meninggal dunia di hari yang sama. Dua Aktivis kemanusiaan itu meninggal setelah menjalani perawatan di RS Muhammadiyah Lamongan, Sabtu 31 Juli 2021. Sang istri Indah Soraya yang juga anak kandung KH Muhtar Mastur meninggal dunia pada pukul 05.30 WIB. Sementara suaminya Amirul Mu’minin (Gus Amir) meninggal dunia pukul 20.10 WIB.

"Masuk rumah sakit hampir bersamaan, begitu juga dengan meninggalnya. Mbak Indah masuk rumah sakit pagi hari, sementara Gus Amir siang hari. Wafatnya juga beriringan, Mbak Indah pagi hari, Gus Amir malam hari," kata adik kandung Indah Soraya, Dzulkifli, Minggu 1 Agustus 2021.  

Kabar meninggalnya pasangan yang aktif dalam kegiatan kemanusiaan ini menjadi duka mendalam, khususnya di kalangan Pondok Pesantren Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Terlebih, Gus Amir merupakan salah satu putra kiai ternama di Lamongan, yakni Abdullah Muchtar. Gus Amir dimakamkan di makan Desa/Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan, tadi malam.

Gus Amir dikenal sebagai sosok kiai dan aktivis kemanusiaan. Dia telah banyak mendirikan rumah tampung bagi penyandang masalah sosial, mulai dari anak jalanan hingga anak yatim. Dia juga konsen di dunia pendidikan dan menjadi salah satu pemilik lembaga Bahasa Inggris di Kampung Inggris, Pare, Kediri, Jawa Timur.

BACA JUGA : Dua Kecelakaan Maut Terjadi Siang Ini, Dua Korban Tewas

Beberapa aktivitas sosialnya, dia pernah menjadi penggagas gerakan penyelamatan korban Tsunami di Aceh tahun 2004 silam. Sebelumnya, dia juga telah mendirikan pondok sadar bagi kalangan anak jalanan di 13 kabupaten dan kota di Jawa Timur. Gus Amir juga menjadi pendiri dan pelopor panti yatim dan lansia di Vila Durian Yatim Sejahtera Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

Tak hanya itu, Gus Amir juga selalu konsen untuk ikut menyelesaikan konflik-konflik sosial, di antaranya kejadian konflik suku Dayak dan Madura di Sambas, Kalimantan Barat. "Gus Amir ikut melakukan pemulangan suku Madura dan penyelamatan korban konflik ini," terang Muhammad Mukhiddin, pengasuh pondok yatim Vila Durian Yartim Sejahtera, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto.

Sebagai salah satu putra kiai ternama di Lamongan, Gus Amir selalu menampakkan sikap kesederhanaan. Bahkan, dia selalu berupa mendekatkan diri dengan kelompok masyarakat dengan masalah sosial. "Tak jarang beliau mbecak (mengayuh becak) untuk lebih dekat dengan tukang becak. Dari sana, beliau bisa membaca masalah sosialnya dan bergerak untuk menangani," kata Gus Mukhiddin, sapaan akrab Muhammad Mukhiddin.

Selama hidup, lanjut Mukhiddin, Gus Amir selalu berpikir kemanusiaan. Karena itu dia tak pernah Lelah mendirikan rumah tampung bagi masyarakat yang berada dalam masalah sosial, seperti anak yatim dan lansia yang tak memiliki keluarga. "Anak bermasalah dengan hukum juga menjadi konsen penanganan. Atas itulah kami juga kerap menerima anak-anak yang berhadapan dengan hukum," ujarnya.

Pasangan Amirul Mu’minin-Indah Soraya memang dikenal sebagai putra-putri kiai di kalangan pesantren yang aktif dalam misi kemanusiaan. Pasangan ini meninggalkan tiga putra yang salah satunya mengelola lembaga pendidikan Bahasa Inggris di Pare, Kediri, Jawa Timur. Mukhiddin menyebut, pasangan ini kerap bersinergi untuk melakukan aksi-aksi sosial dan kemanusiaan dengan mengabaikan kepentingan keluarganya sendiri.

"Hidupnya sederhana, tapi selalu memikirkan orang lain. Bahkan Gus Amir dan istrinya tidak pernah berpikir kemewahan untuk keluarganya. Persis seperti yang dilakukan ayahnya, KH Abdullah Muchtar," katanya.

 


(ADI)