LAMONGAN : Petani garam di Lamongan mengeluhkan harga garam anjlok yang tidak kunjung naik. Saat ini harga garam hanya Rp250-400 rupiah per kilogram. Petani semakin menjerit, pasalnya hasil panen atau produksi juga menurun drastis dari 36 ribu ton turun menjadi 7 ribu ton.
Anjloknya harga garam ini sudah berlangsung sejak enam bulan lalu. Namun hingga kini belum mengalami kenaikan. Harga garam konsumsi dihargai sangat murah saat ini hanya 250-500 rupiah per kilogramnya. Kondisi ini tidak sebanding dengan proses produksi yang dilakukan para petani garam.
Salah petani garam, Arifin Jaka mengatakan anjloknya harga garam petani garam asal Desa Sedayulawas, Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan sudah berjalanan beberapa bulan. Pihaknya, berharap pemerintah harus meregulasi atau menata ulang harga garam agar tidak dipermainkan oleh para tengkulak.
" Tolong kami ini diperhatikan. Mau sampai kapan garam tak ada harganya," katanya Senin 31 Mei 2021.
BACA JUGA : Heboh!, Vaksin Covid-19 Mengandung Mikrocip, Begini Penjelasan Kemenkes
Sementara itu, Kepala Dinas Perikanan Lamongan Heru Widi mengatakan petani garam semakin menjerit. Sebab, bukan hanya harga garam yang anjlok tetapi juga hasil produksi juga menurun drastis. Produksi garam di Kabupaten Lamongan/ tahun 2019 lalu sebanyak 36 ribu ton. Namun tahun 2020 hanya 7 ribu ton saja.
"Sementara kebutuhan garam konsumsi di Lamongan sebanyak 34 ribu ton per tahun. Turunnya hasil produksi garam di lamongan ini akibat alih fungsi lahan/ dan dampak wabah pandemi covid-19," katanya.
Mengenai masalah ini, Pemkab Lamongan sudah menyiapkan langkah dan upaya meningkatkan produksi garam. Salah satunya menggenjot produksi garam konsumsi. Namun, rencana tersebut belum bisa terealisasi akibat refocusing anggaran untuk penanganan wabah pandemi covid-19.
(ADI)