BLITAR: Tiga puluh tahun sudah Suginem hidup sebatang kara dalam gubuk reot di Dusun Dawung Desa Pagerwojo, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Blitar.
Namun hingga saat ini nenek berusia 86 tahun yang biasa dipanggil Mbah Ginem belum tersentuh bantuan dari pemerintah. Selama pandemi covid-19, hanya pernah sekali menerima bantuan berupa beras 5 kilogram.
Untuk menyambung hidupnya, Mbah Ginem sehari-hari mencari kayu di hutan. Tulang dan kulit yang sudah mengeriput dipaksa berjalan kiloan meter sekadar mencari kayu bakar untuk dijual kepada tetangganya.
Sementara setiap malam, Mbah Ginem menghabiskan sisa umurnya di gubug reot berukuran 3 x 5 meter. Dinding dari ayaman bambu tak bisa menahan angin yang datang dari lereng gunung.
"Setiap hari cari kayu untuk dijual. Saya cuma ingin tidur tidak kedinginan kalau malam, " ujar Mbah Ginem sambil mengusap air mata.
Sementara Kepala Desa Pagerwojo, Mujiadi mengatakan pihak desa sudah mengusahakan untuk melakukan bedah rumah kepada pemerintah kabupaten. Namun belum juga terealisasi hanya mendapatkan janji.
"Kami pernah usulkan untuk dapat program bedah rumah, tapi belum terealisasi. Tahun ini pemerintah desa belum bisa membangun rumah Mbah Ginem karena anggaran fokus dialokasikan ke penanganan covid-19, " ujarnya.
Di usia kemerdekaan Indonesia yang telah 75 tahun ini, masih banyak dijumpai warga Blitar dengan kondisi hidup serba kekurangan, namun tak tersentuh bantuan. Miris....
(TOM)