Harga Kedelai Meningkat, Perajin Tempe di Jember Terpaksa Perkecil Ukuran

Perajin tempe menunjukkan hasil tempe yang ukurannya sudah dikurangi karena naiknya harga bahan baku di Lingkungan Kedung pereng, Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Senin, 28 Februari 2022. Foto: Antara/Zumrotun Solichah Perajin tempe menunjukkan hasil tempe yang ukurannya sudah dikurangi karena naiknya harga bahan baku di Lingkungan Kedung pereng, Kelurahan Tegalbesar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Senin, 28 Februari 2022. Foto: Antara/Zumrotun Solichah

JEMBER: Sejumlah perajin tempe di Kelurahan Tegal Besar, Kecamatan Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur, terpaksa memperkecil ukuran tempe. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kerugian akibat harga kedelai yang meningkat tajam.

"Kami kesulitan untuk memproduksi tempe karena harga kedelai melonjak tajam. Namun, kami harus tetap memproduksi karena banyak pedagang yang memesan tempe untuk dijual kembali," kata Zaenal Arifin, seorang perajin tempe, dilansir dari Antara, Senin, 28 Februari 2022.

Zaenal mengaku keberatan dengan kenaikan harga bahan baku impor yang biasa digunakan untuk membuat tempe selama sebulan terakhir. Untuk itu, ia mengatur berbagai strategi agar produksi tetap berjalan.

BACA: Bunga Mencekik, Rentenir Berkedok Koperasi Simpan Pinjam Menjamur di Ngawi

"Untuk tetap memproduksi tempe, kami memperkecil ukuran tempe dan tidak menaikkan harga tempe yang dijual kepada pedagang," terang dia.

Menurutnya, perajin terpaksa melakukan pengurangan ukuran tempe. Sebab, harga jual tempe juga tidak naik, yakni sebesar Rp3 ribu per satuan.

"Mengurangi ukuran tempe itu dianggap lebih baik karena biasanya pembeli akan mengeluh jika harga tempe dinaikkan. Apalagi kondisi pandemi seperti ini," imbuh dia.

Zaenal menambahkan bahan baku kedelai impor yang digunakan untuk membuat tempe tidak bisa digantikan dengan kedelai lokal karena kualitasnya tidak sama dan dapat berdampak pada hasil tempe.

BACA: Tabrakan Kereta Api Vs Bus di Tulungagung, Korban Meninggal Bertambah Jadi 6 Orang

"Kalau menggunakan kedelai impor maka tempe tersebut bisa tahan selama 3 hari. Sedangkan, kalau pakai kedelai lokal maka kadang-kadang sehari sudah tumbuh jamur dan tidak bisa untuk dimasak," ucap dia.

Hal serupa juga disampaikan perajin tempe lainnya, Aminah, yang mengeluhkan mahalnya harga kedelai selama beberapa pekan terakhir. Semula, harga kedelai impor berkisar Rp6.200 per kilogram. Kini, naik menjadi Rp11.500 per kilogram.

"Saya berharap pemerintah memberikan solusi atas kenaikan harga kedelai. Agar kami bisa tetap memproduksi tempe," pungkas dia.


(UWA)

Berita Terkait