Hidupi Keluarga, Perempuan di Pacitan Rela Jadi Buruh Panjat Kelapa

Nur Khasanah saat bekerja menjadi buruh pemetik kelapa/metrotv Nur Khasanah saat bekerja menjadi buruh pemetik kelapa/metrotv

PACITAN: Demi menyambung hidup keluarga, seorang perempuan di Pacitan, Jawa Timur terpaksa menjadi buruh panjat kelapa. Meski usianya  sudah tua, pekerjaan beresiko tinggi ini tak pernah diratapi. Mirisnya, bantuan dari pemerintah tak pernah ia terima.

Nur Khasanah, ibu rumah tangga asal Desa Melati, Kecamatan Arjosari, menjadi buruh pemetik kelapa di usianya yang sudah mencapai 50 tahun lebih. Bahkan ibu dua anak ini memjajat kelapa tanpa dilengkapi bantuan alat keselamatan.

Profesi memanjat kelapa tentu bukan pilihan hidupnya. Terpaksa dilakukan lantaran kondisi kesulitan ekonomi. Sudah bertahun-tahun Nur Khasanah menjadi tulang punggung keluarga, banting tulang untuk mencukupi kebutuhan hidup. Sementara suaminya dalam kondisi gangguan jiwa.

BACA: Bikin Istana Bergoyang, Farel Prayogo Sejak Kecil Ngamen Bareng Ayah!

Dalam sekali manjat kelapa, ibu dua anak ini tidak mematok tarif jasa. Ia hanya menerima imbalan seikhlasnya. Kadang-kadang ia menerima upah Rp 10 ribu.

"Kadang juga menerima imbalan bahan pokok makanan, beras, gula dan lainnya.  Semua saya terima dengan ikhlas dan tetap bersyukur, " ucap Nur Khasanah.

Meski kondisi ekonomi cukup memprihatinkan, namun Nur khasanah mengaku tidak tersentuh bantuan apapun dari pemerintah, baik dari tingkat desa hingga pusat. Padahal ia masuk daftar warga penerima manfaat program keluarga harapan (PKH).

Fakta ini dibenarkan Imam Busro, sekertaris Desa Mlati. Saat dilakukan pengecekan, yang bersangkutan tidak mendapatkan bantuan sejak beberapa tahun terakhir. Pihak desa beralasan tidak mengetahui jika pasangan suami-istri tersebut tidak menerima bantuan.

"Pihak desa berencana mengusulkan bantuan, baik melalui alokasi dana desa maupun bantuan bedah rumah. Harapannya keluarga segera mendapatkan bantuan dan penghidupan yang layak, " janjinya.

 


(TOM)

Berita Terkait