Inovasi Mesin Cetak Braille dengan Fitur Suara Mudahkan Tunanetra

Rektor Institut Teknologi Telkom Surabaya memperkanalkan mesin cetak braille (Foto / Metro TV) Rektor Institut Teknologi Telkom Surabaya memperkanalkan mesin cetak braille (Foto / Metro TV)

SURABAYA : Institut teknologi Telkom Surabaya menciptakan mesin cetak braille. Menariknya, mesin cetak braille ini dilengkapi dengan fitur voice atau suara untuk memudahkan tunanetra dalam mengoperasikan mesin tersebut. Mesin cetak braille ini diklaim memiliki kemampuan mencetak 400 karakter per detik atau seribu 200 halaman per jam pada dua sisi kertas.

Mesin cetak braille dengan fitur voice ini merupakan mesin generasi ke-14 yang dikembangkan Institut Teknologi Telkom Surabaya dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Rektor Institut Teknologi Telkom Surabaya sekaligus tim pembuat mesin cetak braille, Tri Arief Sardjono mengatakan mesin cetak braille yang selama ini digunakan banyak sekolah luar biasa (SLB) di seluruh Indonesia merupakan mesin buatan Norwegia yang digunakan untuk mencetak tulisan-tulisan braille.

"Sayangnya suku cadang mesin tersebut sangat mahal. Sehingga dengan adanya mesin braille dengan fitur voice buatan anak bangsa ini diharapkan bisa membantu siswa tunanetra di seluruh Indonesia," katanya, Selasa 4 Mei 2021.

Sebelumnya, mesin cetak braille telah dikeluarkan tim ITS sekitar tahun 2017, dan memiliki kemampuan mencetak 400 karakter per detik atau seribu 200 halaman per jam pada dua sisi kertas atau double-sided.

"Mesin cetak generasi berikutnya di bawah IT Telkom Surabaya ini dikembangkan dengan menambahkan piranti suara atau mesin cetak bicara untuk memudahkan anak-anak tunanetra dalam mengenali tombol pada mesin," ujarnya.

Sejumlah siswa tunanetra yang mencoba langsung mesin cetak braille dengan fitur suara ini mengaku sangat terbantu dalam membaca.

"Selain hasil huruf dari mesin cetak braille sangat rapi dan mudah diraba, siswa tunanetra juga bisa mengenali tombol pada mesin karena adanya penambahan fitur suara," siswa tunanetra, Rahmat Iqbal.

Dalam pengembangan riset mesin cetak braille ini, tim riset telah menghabiskan biaya sebesar Rp500 juta. Diharapkan, mesin cetak braille dengan fitur voice ini menjadi solusi ketersediaan mesin braille di Indonesia. Selain itu, dengan adanya mesin ini diharapkan siswa-siswa berkebutuhan khusus, khususnya tunanetra dapat terus belajar.


(ADI)