Diresmikan Presiden Soekarno, Ini Sejarah Alun-alun Tugu Kota Malang

Taman Alun-alun Tugu Kota Malang/medcom.id Taman Alun-alun Tugu Kota Malang/medcom.id

MALANG: Taman Alun-alun Tugu Kota Malang atau Alun-alun Bundar merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kota Malang, Jawa Timur. Pada alun-alun yang terletak di depan Balai Kota Malang ini berdiri sebuah tugu tegak meruncing yang dikelilingi oleh kolam teratai.

Alun-alun ini awalnya dibangun pada 1920 silam oleh planolog berkebangsaan Belanda, Thomas Karsten. Pada masa itu, model alun-alun ini masih sederhana dengan konsep terbuka tanpa dibatasi pagar yang menghalang. Bahkan, belum ada tugu di bagian tengah alun-alun tersebut.

Pada awalnya taman ini bernama JP Coen Plein. Penamaan ini sebagai bentuk penghormatan kepada Gubernur Jenderal Jaan Pieterzoen Coen yang juga dikenal sebagai pendiri Batavia (Jakarta).

BACA: Koarmada II Gelar Lomba Dayung Perahu Naga

Jaan Pieterzoen Coen sendiri pernah menjadi Gubernur Jenderal Belanda di Indonesia antara 21 Mei 1619 hingga 31 Januari 1623 dan 30 September 1627 hingga 21 September 1629. Tujuan dibangunnya taman ini adalah untuk pelengkap halaman Gedung Gubernur Hindia Belanda.

Hingga kemudian, bangunan tugu dibangun lewat peletakan batu pertama, pada 17 Agustus 1946 oleh Wakil Gubernur Jawa Timur, Doel Arnowo dan disaksikan oleh M Sardjono Wiryohardjono yang kala itu menjabat sebagai Wali Kota Malang. Pondasi tugu ini sempat dihancurkan Belanda saat menguasai Kota Malang.
 
Lalu pada 1952, tugu ini dibangun kembali dan diresmikan oleh Presiden Soekarno pada 20 Mei 1953. Monumen ini disebut sebagai wujud kebebasan Indonesia dari dominasi kolonialisme Belanda selama 100 tahun lamanya.

"Ketika kota-kota lain belum mendirikan monumen, Kota Malang sudah membangun monumen yang memperingati berdirinya negara Republik Indonesia," kata Pakar Sejarah Universitas Negeri Malang (UM), Reza Hudiyanto, beberapa waktu lalu.

"20 Mei 1953 monumen itu selesai dan diresmikan oleh Bung Karno. Pembangunan memang tidak cepat karena kita baru selesai perang," imbuhnya.

Bentuk tugu pada taman alun-alun ini menyerupai bambu runcing. Bentuk ini dapat dimaknai sebagai simbol senjata yang pertama kali digunakan bangsa Indonesia untuk melawan tentara Belanda dalam merebut kemerdekaan Indonesia.

Tugu tersebut dibalut dengan tangga berjumlah 4 dengan 5 sudut, bintang dengan 8 tingkat dan 17 pondasi. Bentuk ini melambangkan tanggal kemerdekaan Indonesia yaitu 17 Agustus 1945.

Tepat di atas tangga, terdapat bidang relief yang menggambarkan wajah Presiden dan Wakil Presiden RI pertama, Soekarno dan Mohammad Hatta, teks proklamasi serta gambar peta kepulauan Indonesia.

"Padma merupakan semacam struktur berbentuk bunga teratai, itu bermakna sebagai penopang dasar negara, yaitu Pancasila. Ada juga relief kepulauan Indonesia. Itu sebagai tanda bagaimana Malang menjadi titik tumpu utama pada kala itu," jelasnya.

Reza menerangkan, sebelumnya Alun-alun Bunder merupakan sebuah tempat yang lebih sering digunakan oleh orang-orang Eropa. Sedangkan, orang-orang asli Indonesia lebih sering beraktifitas di Alun-alun Kota Malang.

"Aktifitas itu sebenarnya malah lebih banyak di Alun-alun Kota Malang. Untuk di Alun-alun bunder ini banyak diisi kegiatan orang-orang Eropa seperti halnya parade festival. Apalagi monumen tugu kemerdekaan itu adalah monumen internasional ya. Jadi memang menjadi kebanggaan tersendiri," terangnya.

 


(TOM)

Berita Terkait