Unusa Latih Puluhan Guru SD Mengajar Matematika Menyenangkan

Puluhan guru SD saat mengikuti pelatihan mengajar matematika yang menyenangkan kepada siswa (Foto / Metro TV) Puluhan guru SD saat mengikuti pelatihan mengajar matematika yang menyenangkan kepada siswa (Foto / Metro TV)

SURABAYA : Matematika merupakan pelajaran sering dianggap momok bagi sebagain besar pelajar. Hasil pengukuran PISA (Programme for International Student Assessment), suatu studi internasional di bidang pendidikan yang diselenggarakan oleh OECD (organisasi internasional bidang kerja sama dan pembangunan ekonomi), menyebutkan 2 dari 3 siswa sekolah membenci pelajaran matematika.

Menyadari kondisi tersebut, Unusa bersama NU Circle dan Paragon Corp menggelar Training of Trainer (TOT) Program Tadris Matematika bagi guru sekolah dasar (SD), dengan tema Membangun Generasi Emas Indonesia 2045, yang digelar di Auditorium Unusa Tower Kampus B, Sabtu 9 April 2022. Pelatihan itu diikuti sebanyak 80 perserta berasal dari guru SD dibawah naungan Lembaga Pendidikan (LP) Maarif Surabaya, Gresik, Sidoarjo, Lamongan, serta Bojonegoro. 

"Tujuannya untuk menghilangkan stigma atau momok pelajaran matematika. Harapannya peserta bisa memahami cara mengajarkan matematika yang baik dan menyenangkan," kata Ketua Umum NU Circle, Dr. R Gatot Prio Utomo. 

Menurutnya, melalui pengajaran matematika yang baik dan menyenangkan, generasi ke depan bisa lebih baik sebab bagaimana pun ilmu dan teknologi butuh matematika. Melalui pelatihan ini, pihaknya berharap semua guru sekolah dasar yang ada di bawah naungan LP Maarif bisa memberikan ilmu yang diperoleh ke sesama guru, sehingga pelatihan ini tidak hanya untuk siswanya saja, tapi guru matematika lainnya. 

"Goal besarnya bisa mencetak genari emas untuk Indonesia," jelas Gatot.

Sedangkan, Siti Andriani yang merupakan Master Trainer Gernas Tastaka menjelaskan, dalam TOT peserta atau guru dikenalkan pada beberapa pendekatan proses yang disesuaikan dengan pola pikir anak. "Kami akan kenalkan pendekatan kongkrit gambar abstrak yang dapat membantu para guru, karena matematika jika diajarkan dengan cara benar dan menyenangkan tidak lagi menjadi momok yang menakutkan," terangnya.

Andri menjelaskan, mengajarkan matematika itu harus disesuaikan dengan pola pikir anak urutannya  melalui proses gambar, kongkrit, baru ke abstrak. Pada belajar bilangan juga harus sesuai dengan kepekaan dan keterampilan. 

"Jadi ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam cara mengajar matematika agar siswa bisa memahami dan senang. Ini semua akan diberikan dalam TOT yang akan berlangsung selama lima hari atau 36 jam tatap muka," ucapnya.

Sementara itu, Rektor Unusa Prof. Achmad Jazidie menambahkan sebagai bahasa ilmu pengetahuan dan teknologi, maka penguasaan matematika sangat diperlukan. “Sasarannya adalah siswa di sekolah dasar karena bagian dari pembentukan generasi emas, sehingga dengan menguasai matematika kita bisa bersaing dengan bangsa lainnya," ucapnya.


(ADI)

Berita Terkait