Wabah Tha'un, Penyakit Mematikan di Jaman Rasulullah

Ilustrasi Ilustrasi

CLICKS: Beberapa wabah penyakit pernah terjadi pada jaman Rasulullah. Salah satunya wabah Tha’un yang bisa menjadi pelajaran penting bagi umat Islam khususnya Indonesia di masa pagebluk Covid-19 yang terjadi saat ini.

Wabah thaun adalah penyakit menular yang bisa menyebabkan kematian. Penyakit ini berasal dari infeksi bakteri Pasterella Pestis. Bakteri thaun ini dibawa oleh Xenopsella Cheopis (kutu anjing) yang berasal dari darah tikus. Sebab, Xenopsella Cheopis sejatinya hidup di tubuh tikus.

Artinya, wabah pertama terjadi pada tikus dan menyebar ke manusia. Melalui darah tikus yang berada di kutu anjing tersebut menular lah ke manusia melalui kulit dan darah.

Sama seperti virus Covid-19 yang saat ini tengah melanda dunia, orang-orang yang terserang wabah thaun harus menjalani karantina selama masa pengobatan.

Dijelaskan dalam Al-Quran surah Yunus ayat 57, bahwa penyakit datangnya dari Allah dan kesembuhan pun hanya Allah yang dapat menyembuhkan.

Allah Swt berfirman:

“Wa idzaa maridtu fa huwa yasyfiin.”

Artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah (Allah) yang menyembuhkan aku.” (QS. Yunus: 57)

Wabah tha'un berasal dari pertama kali terjadi pada tikus dan kemudian menyebar ke manusia  

Mengutip kitab Al-Adzkar, Abu Hasan al-Madaini mengatakan, kejadian besar wabah tha’un yang terkenal dalam peradaban Islam ada lima:

Pertama, Tha’un Syirawaih, yang terjadi di Madinah pada masa Rasulullah Saw. pada tahun keenam Hijriyah.

Kedua, Tha’un ‘Amawas, di zaman Umar bin Khatab yang ada di Syam, dan kejadian itu ada sekitar 25.000 orang meninggal dunia. 

Ketiga, Tha’un yang terjadi pada masa Ibnu Zubair, pada bulan Syawal tahun 69 Hijriyah. Kejadian ini selama 3 hari. Tiap harinya orang yang meninggal dunia 7000 orang, termasuk di dalamnya kematian putra Anas bin Malik sebanyak 83 orang. Pendapat lain mengatakan 70 orang. Lalu putra Abdurrahman bin Abi Bakar sebanyak 40 orang.

Keempat, Tha’un yang terjadi pada bulan Syawal tahun 87 Hijriyah. 

Kelima, Tha’un yang terjadi pada tahun 131 Hijriyah bulan Rajab dan bulan Ramadhan. Yakni, di Sikkatul Mirbad, tiap harinya terdapat 1000 orang menjadi korban. 

Lalu, Tha’un di Kufah yang terjadi pada tahun 5 Hijriyah. Dalam kejadian ini, termasuk meninggalnya al-Mughirah bin Syu’bah.

Sementara, Ibnu Qutaibah dalam kitab al-Ma’arif menjelaskan hal serupa, bahwa Tha’un Fatayat karena menyerang gadis-gadis di Basrah-Baghdad. Kemudian Wasith, Syam, dan Kufah. 

Selanjutnya, Tha’un al-Asyraf, yang berarti mulia dikarenakan di dalamnya yang meninggal dunia orang-orang mulia. Kemudian tidak menimpa wabah Tha’un di Madinah dan Makkah kecuali hanya sekali saja. 

Sumber: Disarikan dari keterangan dalam Al-Adzkar An-Nawawiyah karya al-Imam Abi Zakaria Yahya bin Syaraf an-Nawawi


(TOM)

Berita Terkait