Sudirno, Pelukis Gambar Pahlawan di Mata Uang Rupiah, Awalnya Tukang Sapu!

Sudirno menghabiskan masa tuanya dengan hidup sederhana di desa terpencil, kawasa Pacitan, Jawa Timur. (metrotv) Sudirno menghabiskan masa tuanya dengan hidup sederhana di desa terpencil, kawasa Pacitan, Jawa Timur. (metrotv)

PACITAN: Hampir bisa dipastikan semua orang Indonesia pasti sudah pernah melihat gambar pahlawan R.A Kartini di pecahan uang Rp 10.000 atau Dr. Soetomo di uang Rp 1.000. Namun tak banyak yang tahu siapa pelukisnya?  

Tokoh sejarah mata uang Indonesia ternyata berasal dari Pacitan, Jawa Timur. Namanya Sudirno. Kakek berusia 79 itu tinggal di kawasan terpencil, Dusun Ketro, Desa Petungsinarang, Kecamatan Bandar, Kabupaten Pacitan.  

Hidupnya jauh dari kemewahan, meski karya lukisnya mengores sejarah besar bagi bangsa.  Sehari-hari, Sudiro yang masih tampak sehat ini mengisi waktunya untuk berkebun di sebuah pekarangan tidak jauh dari rumahnya. 

Kisah Sudirno menjadi pelukis uang kertas rupiah bermula saat ia pergi merantau ke Jakarta untuk menyusul pujaan hatinya yang berjualan makanan disekitar lingkungan Asrama Brimob. 

BACA: Kisah Kesaktian Bura, Si Pitung Bercelurit dari Jember 

"Pada 22 Juni 1965, saya diterima kerja di Perum Peruri, (Percetakan Uang Republik Indonesia) sebagai cleaning servis, tukang bersih-bersih, nyapu-nyapu, " kenang Sudiro.  

Namun bakatnya melukis akhirnya diketahui pimpinan perusahaan. Singkat cerita, Sudirno lalu dipercaya oleh pimpinan perusahaan untuk membantu menyelesaikan desain mata uang kertas dalam bentuk cetak biru karena dinilai cukup bagus. 

Hasil coretan Sudirno tersebut lalu dicetak pada uang pecahan rupiah. Diantaranya,  Rp 10 ribu bergambar Raden Ajeng Kartini terbitan 1985 dan pecahan Rp 1.000 bergambar Dr Soetomo terbitan tahun 1980.  

Sudirno semakin dipercaya perusahaan untuk memperdalam teknik engraving pada uang kertas. Ia lalu menjalani pendidikan seni di Inggris. Mulai saat itu nama Sudirno tercatat dalam setiap mata uang kertas hasil gambaranya. 

Kini tokoh sejarah rupiah ini menikmati sisa hidup dengan penuh kesederhanaan. Bersama istrinya, Suhartini hanya mengandalkan uang pensiun yang mereka terima tiap bulan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. 

"Kepada para generasi muda, terus semangat berkarya di bidang apapun  untuk kemajuan pembangunan bangsa, " ucapnya. 


(TOM)