Kasihan, Nenek Sebatang Kara di Surabaya Tak Tersentuh Bantuan

Nenek Sumirah, warga Surabaya, yang tak pernah terima bantuan apapun bahkan jauh sebelum pandemi covid-19. Medcom.id/ Amaluddin Nenek Sumirah, warga Surabaya, yang tak pernah terima bantuan apapun bahkan jauh sebelum pandemi covid-19. Medcom.id/ Amaluddin

SURABAYA: Berbagai bantuan sosial selama pandemi covid-19, tak pernah dirasakan Sumirah. Nenek sebatang kara berusia 89 tahun asal Surabaya itu menyambung hidup dari memijat.   

Saat ini Sumirah tercatat sebagai warga Simo Jawar 1 nomor 150, RT.01 RW.01, Kelurahan Simomulyo Baru, Sukomanunggal, Surabaya. Dia tinggal di rumah indekos berukuran 2x3 meter sudah sekitar 32 tahun lamanya.
 
"Saya terima bantuan terakhir sejak zamannya Pak SBY. Setelah itu sampai sekarang gak pernah dapat bantuan lagi," kata Sumirah di kediamannya, Kamis, 26 Agustus 2021.

Sumirah hidup seorang diri hanya ditemani dua ekor kucing setelah suaminya meninggal pada 2006 silam. Sumirah lantas memutar otak agar bisa bertahan hidup dengan menjadi perawat anak dan tukang pijat.
 
"Sebelumnya saya merawat anak-anak kecil, tapi sekarang sudah tidak kuat lagi karena sudah tua. Sekarang hanya pijat, kalau ada orang memanggil," jelasnya.

BACA: Bansos Warga Lumajang Disunat, Modus ATM Hangus


Sumirah mengaku tidak mematok biaya pijat alias seikhlasnya, berapapun ia terima dari pelanggannya demikian juga dengan merawat anak-anak kecil. Kadang ia mendapat honor Rp30 ribu hingga Rp50 ribu sekali pijat dan menjaga anak.
 
Sumirah mengaku sedih dirinya belum pernah mendapat perhatian dari Pemkot Surabaya baik itu berupa sembako maupun uang tunai. Selama ini dirinya hidup apa adanya.  Sesekali mendapat welas asih para tetangga.
 
Untuk membayar sewa kamar kos, ia mengaku juga sesekali berjualan makanan ringan, seperti keripik dan mi instan. Ia mengaku tidak punya uang cukup untuk membeli bahan makanan.
 
"Tapi Alhamdulillah, hasil pijat dan jual makanan ringan dan bantuan para dermawan, bisa buat makan sehiro-hari dan bayar kos Rp 250 ribu per bulan," jelasnya.
 
Selama pandemi covid-19, baik saat PSBB maupun PPKM saat ini, ia gigit jari melihat tetangganya mendapat bantuan dari pemerintah. Padahal Sumirah sudah pernah mengajukan melalui RT/RW, Kelurahan hingga Kecamatan setempat. Namun dia mengaku tak tahu menahu alasan dirinya tak pernah mendapatkan bantuan tersebut.
 
"Tidak pernah, saya tidak pernah dapat bantuan. Saya sudah tanya RT/RW, katanya ndak ada jatahe (jatahnya), bilangnya begitu ke saya," ungkapnya.
 
Mirisnya lagi Sumirah mengaku tak pernah didata oleh pihak Kelurahan, Kecamatan, maupun petugas dari Pemkot Surabaya lainnya. Padahal Sumirah sudah menyerahkan berkas-berkas yang dibutuhkan, seperti fotocopy KTP, KK, hingga SKTM.
 
"Pernah tanya ke Pak RT, saya kok belum dapat bantuan apa-apa, Pak?. Dia bilangnya belum ada jatahnya, sampai sekarang belum ada kabar apa-apa, belum dapat apa-apa sama sekali," bebernya.

 


(TOM)

Berita Terkait