Dua Zat Berbahaya Ditemukan di Makanan Pedagang Takjil

Petugas BPOM memeriksa sampel takjil di pos pantau keliling di sekitar Kelurahan Kepatihan, Tulungagung, Selasa (26/3/2024). Destyan Handri Sujarwoko. Petugas BPOM memeriksa sampel takjil di pos pantau keliling di sekitar Kelurahan Kepatihan, Tulungagung, Selasa (26/3/2024). Destyan Handri Sujarwoko.

Surabaya: Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan takjil mengandung formalin dan Rhodamin B saat menguji sejumlah sampel makanan dan minuman di sekitar Kota Tulungagung, Jawa Timur pada Selasa, 26 Maret 2024. Kedua jenis zat berbahaya bagi tubuh tersebut ditemukan di jajanan kerupuk dan sate bekicot.

Terdapat 20 sampel makanan yang dibeli secara acak dari empat pedagang takjil di Kelurahan Kepatihan, Kota Tulungagung. Setelah diuji dengan metode tes cepat hasilnya tiga sampel dinyatakan positif mengandung zat berbahaya.

Sebanyak dua kemasan kerupuk mengandung Rhodamin B. Sementara itu, sate bekicot mengandung zat formalin.

"Sidak takjil ini sebagai perlindungan terhadap konsumen. Tujuannya untuk edukasi masyarakat. Jangan sampai konsumen mengonsumsi makanan yang mengandung zat berbahaya," ucap Apoteker Senior Dinkes Tulungagung, Renta Nantasari, dikutip dari Medcom.id pada Rabu, 27 Maret 2024.

Rhodamin B merupakan zat pewarna tekstil. Zat ini jika makanan diberikan zat ini warnanya akan cerah dan mencolok. Formalin biasanya digunakan untuk mengawetkan mayat. Jika dikonsumsi, formalin dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan dikonsumsi dalam jangka panjang dapat menyebabkan gagal ginjal serta gangguan fungsi hati.

"Waktu mengambil sampel kita juga memberikan edukasi kepada penjual," ujar Renta.

Dinkes setempat dan kelembagaan terkait akan menindaklanjuti dan menelusuri temuan ini sampai ke tingkat produsen. Senada, staf BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) Kediri, Andrias Jaya Jadi Kusuma, menjelaskan bahwa pihaknya bekerja sama dengan Dinkes sebagai upaya melindungi masyarakat.

"Untuk makanan yang dicurigai mengandung borak, formalin, Rhodamin B dan metanil yellow," terang Andrias.

Andrias mengungkapkan bahwa formalin bisa memperlambat proses pembusukan maka sering ditemukan di makanan hewani seperti ikan atau daging yang mengandung protein tinggi dan mudah rusak. Saat ini pihaknya sedang melakukan tes kit untuk mendeteksi zat berbahaya dengan kualitatif.

"Bisa mendeteksi tapi tidak bisa mengetahui kadarnya, tapi cukup akurat," jelas Andrias.


(SUR)