Deteksi Covid-19 Lewat Bau Ketiak

 Inose c-19 buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Inose c-19 buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya

SURABAYA: Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya membuat inovasi alat pendeteksi covid-19. Alat ini bukan mendeteksi melalui suhu badan atau  darah, tapi lewat bau keringat ketiak.

Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Drs Ec Ir Riyanarto Sarno MSc PhD  mengatakan mengembangkan alat pendeteksi covid-19 melalui bau keringat ketiak bernama i-nose c-19
 
Inovasi teknologi yang telah melalui tahap satu uji klinis itu dipresentasikan di depan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak, di rumah dinasnya, Sabtu, 16 Januari 2021.

I-nose c-19 merupakan alat screening covid-19 pertama di dunia yang mendeteksi melalui bau keringat ketiak (axillary sweat odor). I-nose c-19 bekerja dengan cara mengambil sampel dari bau keringat ketiak seseorang dan memprosesnya menggunakan kecerdasan buatan.

"Keringat ketiak adalah non infectious, yang berarti limbah maupun udara buangan i-nose c-19 tidak mengandung virus covid-19," ungkap Riyan mengutip siaran pers ITS, Senin, 18 Januari 2021.
 
Ia menambahkan, alat ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan teknologi deteksi covid-19 lainnya. Sampling dan proses berada dalam satu alat, sehingga seseorang dapat langsung melihat hasil screening pada i-nose c-19. Hal ini tentunya menjamin proses yang lebih cepat.
 
"i-nose c-19 juga dilengkapi fitur Near Field Communication (NFC), sehingga pengisian data cukup dengan menempelkan e-KTP pada alat deteksi cepat covid-19 ini," jelasnya.

Dijelaskan Ryan,  data dalam i-nose c-19 terjamin handal karena penyimpanannya pada alat maupun cloud. Penggunaan cloud computing mendukung i-nose c-19 dapat terintegrasi dengan publik, pasien, dokter, rumah sakit maupun laboratorium.
 
"Dengan berbagai kelebihan yang ada, i-nose c-19, karya anak bangsa, hadir untuk menjawab tantangan pandemi Covid-19 yang belum terkendali," ujarnya.

Alat ini disebut terjamin dari segi biaya karena menggunakan komponen teknologi yang murah. I-nose c-19 juga tidak membutuhkan keahlian khusus dalam implementasinya.
 
"Scanner ini dapat dilakukan oleh semua orang dengan perangkat pengaman yang lebih sederhana, yakni hanya sarung tangan dan masker sebagai perlindungan dasar," tuturnya.
 
Ryan mengungkapkan, i-nose c-19 merupakan hasil penelitian selama empat tahun yang kemudian dioptimalkan dengan menyesuaikan virus covid-19, sejak Maret 2019 lalu. Saat ini, i-nose c-19 telah sampai pada uji klinis fase satu.
 
"Ke depannya akan ditingkatkan lagi data sampling-nya untuk izin edar dan dapat dikomersialkan ke masyarakat," ujar dosen Teknik Informatika ITS ini.

Ryan berharap i-nose c-19 ini dapat segera dikomersialkan dalam waktu maksimal tiga bulan ke depan. “Melihat semakin meningkatnya penyebaran virus covid-19 ini dunia membutuhkan banyak teknologi screening yang mudah dan cepat diimplementasikan," ujarnya.
 
Menanggapi inovasi yang diperkenalkan ITS ini, Wagub Jatim Emil Dardak menyampaikan, ITS selama ini telah banyak berkordinasi dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemprov Jatim) dalam mengembangkan perangkat lunak berbasis kecerdasaran buatan. Salah satunya, i-nose c-19 ini.
 
"Tentunya kami dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur sangat bersyukur dan siap bersinergi dalam mendukung pengembangan inovasi i-nose c-19 ini," tutur Emil.

 


(TOM)

Berita Terkait