Kekuatan Doa Ibu, Salah Satu Kunci Kemenangan Khalimatus Sadiyah

Maslukah menunjukkan piala Khalimatus Sakdiyah selama berkarir menjadi atlet bulu tangkis (Foto / Istimewa) Maslukah menunjukkan piala Khalimatus Sakdiyah selama berkarir menjadi atlet bulu tangkis (Foto / Istimewa)

SURABAYA : Khalimatus Sadiyah (22), berhasil menyabet medali emas perdana di Paralimpiade Tokyo 2020, di Tokyo, Jepang, Sabtu 4 September 2021. Bersama pasangannya Leani Ratri Oktila, atlet asal Mojokerto ini menumbangkan pasangan Cheng Hefang/Ma Huihui dari Tiongkok dengan skor 21-18 dan 21-12.

Pasangan ganda putri ini memenangi pertandingan final badminton kelas SL3–SU5 di Tokyo, Jepang. Setiap hendak mengarungi pertandingan, bungsu dari tiga bersaudara asal Dusun Kecubuk, Desa Banjartanggul, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto selalu minta doa restu ke sang ibu, Maslukah (56).

Awalnya latihan di Bendo Sport terus masuk Pelatnas di Solo, habis itu dia juara terus. Pertama juara di Korea 2014. Paralimpiade, juara pertama ganda putri. Alhamdulillah senang, saya lihat siaran langsung di HP. Deg-deg-an lihatnya sampai nangis,” ungkapnya, Minggu 5 September 2021.

BACA JUGA : Bulu Tangkis Indonesia Sabet Emas Kedua di Paralimpiade 2020 Tokyo

Khalimatus mulai senang dengan dunia badminton sejak duduk di kelas 5 Sekolah Dasar (SD). Ia mempunyai kebiasaan bermain badminton di depan rumahnya bersama kakak keduanya, Dwi Sudarmanto. Putri dari Maslukah ini bermain dengan menggunakan tangan kirinya alias kidal. Namun hal itulah yang justru menjadi kelebihannya.

“Tahun 2013 masuk Pelatnas untuk persiapan di Korea. Alhamdulillah, dia semangat terus sampai sekarang. Saya hanya mendoakan terus, kan tidak bisa pulang, saya doakan biar sehat, biar dapat medali. Medali apa saja, mau emas, perak yang penting dapat medali dan sehat,” katanya.

Masih kata Maslukah, sebelum bertanding di Tokyo, Jepang dalam Paralimpiade Tokyo 2020, Alim sempat menghubungi sang ibu dan minta doa restu. Sang ibu pun mempunyai kebiasan untuk puasa sunnah setiap kali putri bungsunya hendak bertanding.

“Ia kemarin dia sempat telepon minta doa, ‘Bu, aq pean do’ano menang‘. Gitu katanya. Saya juga puasa kalau dia mau main, puasa hanya untuk mendoakan dia biar sehat jadi bisa main dan menang mendapatkan medali,” ujar sang ibu yang menjadi tulang punggung bagi ketiga anaknya dengan membuka warung nasi tersebut.


(ADI)

Berita Terkait