BOJONEGORO : Meski pandemi menyerang hampir semua sektor ekonomi, namun tidak bagi pengusaha jajajan mie lidi. Kondisi pandemi bisa dilalui dengan masih banyaknya pesanan. Selain pandemi virus korona, jajanan ini juga masih kebal dengan gempuran jajanan modern.
Jajanan tradisional mie lidi ini sudah eksis sejak tahun 1998 silam. Jajanan ini diproduksi di Desa Sumuragung, Baureno, Bojonegoro. Meski sudah puluhan tahun, namun jajanan tradisional yang dikenal dengan rasa pedas ini, masih bertahan dan bersaing dengan kue modern yang banyak beredar di pasaran.
Suliah, salah satu pengusaha mie lidi mengatakan setiap harinya mampu memproduksi lebih dari lima puluh kwintal mie lidi.
"Bahkan sebelum pandemi melanda, jumlah produksi mampu mencapai hingga satu ton," terangnya.
Mie lidi yang diproduksi dirumahnya ini memiliki tiga varian rasa. Yakni rasa manis pedas, manis asam jeruk dan manis asin. Varian rasa ini berasal dari rempah – rempah dan tanpa bahan pengawet.
"Mie lidi ini banyak dipesan pedagang luar daerah seperti Demak, Probolinggo, Madura dan sejumlah kota lainnya," terangnya.
Ia mengaku dalam satu bulannya penjualan jajanan tradisional mie lidi yang diproduksinya sendiri ini mampu meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah. Meskipun di tengah pandemi. Namun demikian ia berharap agar pandemi covid 19 ini segera berlalu. Supaya usaha yang sudah digelutinya sejak puluhan tahun tersebut kembali pulih seperti sediakala.
(ADI)