Angka Penyebaran Covid-19 Masih Tinggi, Forkopimda Jatim Rumuskan Solusi Alternatif

Rapat Forkopimda Jatim membahas terkait wacana solusi alternatif untuk menekan angka penyebaran covid-19 di Jatim, khususnya di Surabaya yang masih tinggi (foto/Antara) Rapat Forkopimda Jatim membahas terkait wacana solusi alternatif untuk menekan angka penyebaran covid-19 di Jatim, khususnya di Surabaya yang masih tinggi (foto/Antara)

SURABAYA : Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Jawa Timur terus berupaya menekukan jalan menurunkan angka penyebaran covid-19. Meski belum membuahkan hasil, namun Forkopimda telah menyiapkan solusi alternatif terkait penanganan penyebaran, khususnya di Surabaya Raya.

Kapolda Jawa Timur Irjen Pol M Fadil Imran mengatakan ada empat poin wacana solusi alternatif yang bisa diterapkan di Surabaya Raya.Yakni plan A dilakukan dengan menerapkan pendisiplinan protokol kesehatan penerapan normal baru berdasarkan epidemiologi peningkatan kesadaran masyarakat.

Kemudian, plan B dengan meneruskan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Untuk plan C adalah merumuskan pembatasan berbasis kelurahan atau kecamatan dalam radius 100 hingga 200 meter dari pusat konfirmasi warga yang positif covid-19.

"Sementara untuk plan D yakni menerapkan kembali PSBB di kelurahan atau kecamatan selama 14 hari penuh," ungkapnya. 

Meski demikian, Fadil menegaskan empat poin tersebut masih wacana saja. Namun yang pasti, pihaknya telah mempersiapkan segala sesuatunya. 

"Usulan itu juga tak sembarangan dicetuskan, semua sudah dikaji secara scientific berdasarkan data dan masukan dari para pakar. Pakar epidemiologi, pakar ekonomi. Jadi kalau bottom up kan lebih enak," tegasnya. 

Sementara itu, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengatakan anev ini dilakukan sesuai perintah Presiden Joko Widodo yang meminta adanya penurunan kasus covid-19 di Jatim dalam dua minggu.

"Presiden waktu datang beberapa waktu lalu, dari arahan beliau bagaimana antara perlindungan, kesehatan dan ekonomi ini bisa berseiring ada gas dan rem. Nah kapan digas, kapan direm, ini membutuhkan dinamika yang harus dicarikan titik keseimbangan," ujar Khofifah.

Selain itu, Khofifah mengatakan langkah ini untuk mencari solusi bagaimana penanganan covid-19 yang tepat di Jatim, terutama di Surabaya Raya yang kasusnya paling tinggi.

"Namanya equilibrium dinamic. Jadi dinamika itu harus ter-update, real time dan any time. Tidak bisa kita update menunggu beberapa hari atau beberapa minggu. Maka, one gate system itu real time bagaimana evaluasi dan layanan secara kuratif bisa didistribusikan terutama untuk Surabaya Raya," ujarnya.

Khofifah juga meminta semuanya dilihat secara sistemik. Yakni ada proses dinamika dan harus dilakukan proses equilibrium dinamic.

"Semua bergerak, semua mereport dan kita butuh quick report. Itu pentingnya harus dilakukan quick response," katanya.


(ADI)

Berita Terkait